Selasa, 03 Juni 2014

DASAR TEORI GOLONGAN DARAH



Terdapat banyak golongan darah, tetapi yang terkenal di bidang medis adalah golongan darah ABO dan Rhesus. Kedua golongan darah ini ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner, seorang dokter dari Austria, pada tahun 1900. Semula Landsteiner menemukan golongan darah A, B, dan C. Golongan C ini kemudian dinamakan golongan O. Pada tahun 1902 kolega Landsteiner, yaitu Alfred Decastello dan Adriano Sturli menemukan golongan ke empat yaitu golongan AB.

            Dasar penggolongan darah ABO adalah adanya aglutinogen (antigen) pada eritrosit, dan adanya aglutinin (antibodi) di dalam plasma darah. Aglutinogen berarti antigen yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah jenis antibodi yang menggumpalkan' http://byulteens.blogspot.com/
1.    GOLONGAN DARAH SISTEM ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif http://byulteens.blogspot.com/

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

            Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. http://byulteens.blogspot.com/
Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari teknik transfusi darah. Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah disebut donor, sedangkan yang menerima disebut resipien. Transfusi (pindahtuang darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab jika terjadi inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka akan menyebabkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien. http://byulteens.blogspot.com/
Donor universal dan resipien universal. Donor universal (golongan O) adalah golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya ke semua golongan darah, karena tidak memiliki aglutinogen. Sedangkan resipien universal (golongan AB) adalah golongan darah yang bisa menerima darah dari semua golongan, karena tidak memiliki aglutinin. Jadi O bisa menjadi donor ke semua golongan, dan AB bisa menjadi resipien dari semua golongan. http://byulteens.blogspot.com/

Tes Golongan Darah                  
2.    GOLONGAN RHESUS
Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah Rhesus juga didasarkan pada jenis aglutinogen rhesus pada permukaan eritrosit.

Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibody yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada ±85% orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif). http://byulteens.blogspot.com/
Berdasarkan pembagian ras manusia, ternyata rhesus negatif lebih banyak dijumpai pada orang:

    Eropa (bule) sekitar 15% Rh – dan 88% Rh +
    Negro : 7-8% Rh – dan 90 – 93% Rh +
    Asia : 99% rhesus +  dan Rh – < 1%

 Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila dalam tubuh seseorang ada zat anti, anti RH, pasti hal itu karena immunisasi. Proses immunisasi memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah.


Dalam sistem Rhesus telah ditemukan beberapa macam antigen dan antigen yang utama, yaitu antigen D. Antigen ini merupakan antigen yang kuat yang dapat menyebabkan komplikasi, berupa reaksi transfusi hemolitik, yaitu reaksi hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi menyebabkan penyakit Hemolytic disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning atau bahkan bengkak di seluruh tubuh atau mungkin lahir meninggal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar